Tenggorakanku tercekik memekikkan pekik merdeka
Ekspresi euphoria pemuda tahun empat puluh lima tak relevan lagi kurasa
Lepas bebas dari belenggu kokoh tirani yang serakah penjajah bangsa
Namun pintu gerbang kesejahteraan yang terkuak tak kunjung lebar terbuka dan menyilakan masuk rakyatnya
Konstitusi yang teramanat dalam mukadimah hanya sebatas gaungan
Bangsa belum melindungi hak hidup dan hukum rakyat kebanyakan
Kesejahteraan umum tak bisa dirasakan, hanya ternikmati oleh orang segelintiran
Mencerdaskan kehidupan anak miskin dan yang terlantar di jalanan belum juga terwujudkan
Ikut melaksanakan ketertiban dunia sementara anak bangsa sendiri kerap meletupkan sendiri kekisruhan
Sila-sila Dasar Negara masih pula menjadi semboyan dan sesyanti
Ketuhanan yang maha esa miskin akan toleransi dan mengobarkan militansi
Kemanusiaan masih menyisakan kebiadaban dan menzalimi
Persatuan semakin sukar terealisasi mengancam disintegrasi
Pemimpin rakyat tak memberi hikmah dan kebijaksanaan dan bermusyawarah mewakili kepentingan golongan dan partai
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat masih jauh panggang dengan api
Bapak pendiri bangsa berjuang bertaruh harta, air mata, darah dan nyawa
Pemimpin spiritual dan para nabi rela hidup miskin dan papa
Sementara para pemimpin negeri ini enggan untuk hidup bersahaja
Akal budi dan pikiran mereka lebih bangga dengan otak feodal kolonial
Hedonistik dan kapitalistik menjadi paham dan gaya hidup mereka yang serba terukur oleh fiskal
Segala cara yang jahat, culas dan curang yang illegal seakan menjadi halal
Karena tersandera oleh ongkos mahal pemilu, pilpres dan pilkadal
Teriakan pejuang “Merdeka Atau Mati” menguatkan nyali mereka hadapi panser dan mesiu
Demi meraih kemerdekaan dari penjajahan dan imperalisme yang senantiasa terindu
Teriakan kita “Korupsi atau Mati” mungkin semboyan yang pantas untuk hadapi penjajah baru
Yang telah merebut kedaulatan ekonomi rakyat yang kini berkuasa dan membelenggu
Bhinneka Tunggal Ika yang menyatukan keaneka ragaman
Telah terkoyak oleh semangat ajaran eksklusif, etnis dan kesukuan
Indonesia yang bersistem pemerintahan republik dan berbentuk negara kesatuan
Terancam oleh disintegrasi pelepasan dan otonomi kebablasan
Amanat penderitaan rakyat yang tergulirkan mahasiswa tahun enam puluh enam
Masih menjadi rintihan yang sama di tahun kemerdekaan yang ke enam puluh enam
Reformasi yang diusung teman-teman tahun sembilan puluh delapan
Hingga belasan tahun kemudian pun cuma tinggal angan-angan