PENGERTIAN PUASA

Jumat, 22 Juli 2011



Secara bahasa al-shiyâm, al-shaum, puasa, berarti menahan, al-imsâk. Seperti firman Allah yang mengisahkan Maryam: “Aku bernadzar puasa kepada Tuhan yang Pemurah” (QS. Maryam/19: 26). Al-shau, puasa, di sini berarti menahan bicara, diam.Adapun puasa dalam pengertian terminologi agama adalah menahan diri dari makan, minum dan semua perkara yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari, dengan syarat-syarat tertentu.Sebagian ulama mendefinisikannya sebagai: “penahanan diri dari syahwat perut dan syahwat kelamin sepanjang hari disertai niat sebelum fajar selain waktu haid, nifas, dan hari-hari raya”.
Puasa Ramadhn mulai diwajibkan pada bulan Sya’ban, tahun kedua Hijriyah.
Puasa dalam al-Qur’anAllah berfirman dalam Al-Quran:“Hai orang-orang yang beriman, diwajibakan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (Yaitu) dalam beberapa hari tertentu. Maka barang siapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Beberapa hari yang di tentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya di turunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang di tinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu, dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaknya kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang di berikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku (Allah) dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a, apabila ia memohon do’a kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 183-187)Dalam ayat tersebut kita dapat melihat dengan jelas bahwa puasa telah diwajibkan kepada umat Islam sebagaimana telah diwajibkan kepada pemeluk ajaran-ajaran terdahulu dan umat-umat sebelum Islam. Ayat-ayat di atas juga menjelaskan hasil yang akan diraih dari pelaksanaan ibadah ini serta hikmah yang terkandung di dalamnya.
Hikmah PuasaSebagian hikmah puasa bisa dilihat dalam firman Allah yang artinya: “agar kamu bertakwa.”Puasa tidak diwajibkan sepanjang tahun, juga tidak dalam waktu yang sebentar melainkan pada hari-hari yang terbatas, yaitu hari-hari bulan Ramadan, dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Karena, jika puasa diwajibkan secara terus menerus sepanjang tahun atau sehari semalam tanpa henti, tentu akan memberatkan. Begitu pula jika hanya untuk waktu separuh hari, tentu tak akan memiliki pengaruh apa-apa, akan tetapi puasa diwajibkan untuk waktu sepanjang hari mulai dari terbit fajar hingga matahari terbenam, dan dalam hari-hari yang telah ditentukan.Selain keringanan dalam masalah waktu, Allah juga membuktikan kasih sayang-Nya kepada hamba dengan memberikan keringanan-keringanan yang lain, di antaranya: orang sakit (yang membahayakan dirinya jika berpuasa) dan orang yang dalam perjalanan jauh (yang memberatkan dirinya jika melaksanakan puasa) diperbolehkan untuk berbuka dan menggantinya pada hari yang lain, sesuai dengan jumlah puasa yang ia tinggalkan.
Dengan kalam-Nya Allah telah menegaskan kepada manusia keutamaan puasa di bulan suci Ramadhan sebagai bulan keberkahan, di mana Allah memberikan nikmat sekaligus mukjizat yang begitu agung kepada hamba-Nya, berupa turunnya al-Qur’an.
Ayat-ayat al-Qur’an juga menjelaskan betapa Tuhan begitu dekat dengan hambanya, Ia selalu menjawab do’a mereka di mana dan kapan pun mereka berada, tidak ada pemisah antara keduanya. Maka sudah selayaknya bagi seorang muslim, untuk selalu berdo’a, memohon ampun kepada Tuhannya, beribadah dengan ikhlas, beriman, dan tidak menyekutukan-Nya, dengan harapan Allah akan mengabulkan semua do’a dan permintaannya.
Diriwayatkan bahwa sekumpulan orang pedalaman bertanya kepada Nabi saw: “Wahai Muhammad! Apakah Tuhan kita dekat, sehingga kami bermunajat (mengadu dan berdoa dalam kelirihan) kepada-Nya, ataukah Ia jauh sehingga kami menyeru (mengadu dan berdoa dengan suara lantang) kepada-Nya?” Turunlah ayat: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. (QS. al-Baqarah/2: 186)
Allah telah memberikan beberapa pengecualian bagi umat Muhammad dalam menjalankan ibadah puasa, seperti dibolehkannya seorang suami untuk memberikan nafkah batin kepada isterinya pada malam bulan Ramadhan, kecuali pada waktu I’tikaf di masjid, karena waktu tersebut adalah waktu di mana manusia seharusnya mendekatkan diri kepada Allah, tanpa disibukkan dengan perkara yang lain. HIKMAH PUASA
(Beberapa Atribut dan Hikmah Bulan Suci Ramadhan)Marhaban ya Ramadhan
Ramadhan adalah bulan disyari’atkannya puasa, yang merupakan salah satu dari rukun Islam, sebagaimana firman Allah SWT:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atasa orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa” [al-Baqarah:183]Puasa telah dilaksanakan sejak lama sebelum Nabi Muhammad SAW menerima wahyu puasa. Dalam sejarah agama-agama besar, puasa sudah tidak asing lagi.Universalitas puasa bisa dimengerti karena esensi dari puasa itu sendiri bukannya “mengerjakan” melainkan “menahan diri”, yakni menahan diri dari makan dan minum, tidak melakukan seksualitas di siang hari serta menghindari sikap hewani yang merusak. Dianjurkan pula ibadah pada malam harinya untuk beribadah (qiyamullail). Karena sesungguhnya bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia, sumber segala rahmat dan kebaikan. Allah memberi keberkahan dan maghfirah. Para Malaikat turun untuk ikut memanjatkan do’a dan pujian agar manusia memperoleh ampunan. Semua pintu kebaikan dibuka lebar-lebar serta semua setan “dibelenggu.” Rasulullah mengkhususkan bulan ini sebagai bulan untuk beribadah melampaui bulan-bulan lainnya. Demikian juga para sahabat, mereka saling bergegas dalam amal-amal kebaikan semata-mata mengharap ridha Allah SWT.
Hikmah Ramadhan
Selain posisi istimewa di sisi Allah SWT yang diperoleh oleh seorang mukmin yang berpuasa, hikmah dari puasa juga teramat besar. Baik hikmah rohani maupun jasmani, baik terhadap diri pribadi maupun kepada masyarakat luas.
Ramadhan juga sebagai syahrul ibadah (bulan ibadah) dimana terdapat nilai ibadah yang tinggi serta semangat beribadah yang tinggi. Selain itu juga sebagai “Syahrul Fath” (bulan kemenangan). Umat Islam memperoleh kemenangan dalam “perang kecil”, perang Badar. Bisa dikatakan juga sebagai “Syahrul Huda” (bulan petunjuk) karena pada bulan Ramadhanlah turunnya petunjuk kehidupan yaitu al-Quran pada pertama kalinya. Selain itu bulan Ramadhan juga disebut sebagai “Syahrul Ghufran” (bulan penuh ampunan). Pada bulan ini, dimudahkan pintu pengampunan dan pembebasan dari api neraka. Sebagai “Syahrus Salam” (bulan keselamatan), bulan Ramadhan adalah bulan yang mengandung nilai-nilai edukatif yang dapat menciptakan keselamatan, kesejahteraan dan kedamaian bagi umat manusia. Dan yang terakhir adalah sebagai “Syahrul Jihad” (bulan perjuangan). Pada bulan ini, manusia dihadapkan pada perjuangan yang amat besar. Mereka menahan diri dari perbuatan yang biasa diperbuat, selain menahan diri dari “ritualitas” makan dan minum sebagai kebutuhan primer sejak fajar sampai terbenamnya matahari. Dan kalau sudah berbuka, dianjurkan untuk menahan diri dari makan dan minum yang berlebihan bahkan dianjurkan untuk membatasinya. Upaya ini merupakan cara untuk memelihara kesehatan jasmani. Bukankah masalah perut (makan dan minum) juga pemicu timbulnya penyakit jiwa? Begitulah kira-kira apa yang dikatakan para sufi.Membersihkan jasmani danrohani  

Apa Arti Ramadhan Bagi Kehidupan Anda?

Rabu, 20 Juli 2011


Shaum Ramadhan akan menjelang beberapa saat lagi. Kewajiban menjalankan ibadah shaum ini, dilaksanakan oleh kaum-kaum terdahulu, yang tujuannya untuk menjadikan umat ini menjadi mukmin yang muttaqin. (al-Qur’an : Al-Baqarah : 183).
Menurut Abul A’la al-Maududi, ibadah shaum di bulan Ramadhan ini, sebagai bentuk penghambaan seorang hamba kepada Rabbnya secara total. Sebuah bentuk ketaatan yang menyeluruh kepada Allah Rabbul Alamin. Seorang hamba yang menyerahkan dirinya melalui ibadah shaum dengan penuh ketulusan dan ketundukkan, dan semata-mata ingin mendapatkan ridho-Nya. Inilah perwujudan seorang hamba yang mukhlis. Karena ibadah shaum itu, sebuah ibadah yang merupakan bentuk hubungan seorang hamba dengan Rabbnya semata. Tidak ada yang tau, seorang hamba itu shaum atau tidak, karena sifatnya sangat pribadi.
Mungkin seorang hamba, di rumah nampak melaksanakan shaum, tetapi bisa saja di jalan berbuka, dan ketika kembali ke rumahnya, bersama dengan keluarganya ikut berbuka dengan keluarganya. Sehingga kehidupan ini berlangsung seperti biasa. Tidak ada atsarnya (bekasnya) dalam kehidupan yang riil.
Di Indonesia begitu banyak yang menjalankan ibadah shaum ini. Dari yang kaya sampai yang miskin. Dari presiden sampai rakyat jelata. Dari ulama sampai orang awam.
Semuanya ikut menjalankan ibadah shaum di bulan Ramadhan. Masjid-masjid ramai di malam hari. Beribadah. Shalat taraweh. Tadarus Al-Qur'an. Mendengarkan tausiah dari para ulama dan da’i. Selama satu bulan. Bahkan, belakangan ini bukan hanya masjid, mushola, yang ramai menjadi tempat ibadah. Tetapi, hotel-hotel, dan berbagai tempat yang eksklusif juga menyelenggarakan acara berbuka, dilanjutkan dengan shalat maghrib, serta tarawih. Kantor-kantor pemerintahan, swasta, dan BUMN, menyelenggarakan kegiatan Ramadhan.
Seperti saat menjelang shalat Dzhuhur, yang dilanjutkan dengan ceramah agama, yang semua isinya berorientasi tentang Ramadhan. Kehidupan hampir seluruhnya diisi dengan kegiatan Ramadhan. Selebihnya, kantor-kantor mulai tutup di siang hari, pukul 14.00 siang, para pegawai sudah bergegas meninggalkan kantor, tujuannya agar dapat bergabung dengan keluarganya untuk berbuka.
Masjid-masjid menyediakan makanan dan minuman bagi jamaah masjid, atau masyarakat sekitarnya yang ingin berbuka di Masjid dan mushola. Semua kegiatan ini terasa semakin inten dijalankan dikalangan masyarakat. Di bulan Ramadhan suasanya menjelma menjadi sangat penuh dengan kedamaian. Teduh. Di berbagai Masjid dan Mushola serta Majelis Ta’lim juga menyelenggarakan acara yang menyambut Ramadhan dengan penuh suka-cita. Di kampung-kampung menyelenggarakan pawai menyambut ramadhan. Berbagai ceramah tausiah diselenggarakan yang tujuannya juga dalam rangka menyambut bulan Ramadhan.
Tentu, seperti yang digambarkan oleh Ibnu Qayyim al-Jauzi, ibadah shaum adalah sebuah bentuk tadzkiyyatun nafs (pencucian jiwa), sehingga manusia menjadi bersih, dan kembali kepada fitrahnya. Seperti bayi yang baru lahir.
Memang tidak mudah untuk menjadikan shaum di bulan Ramadhan ini, sebagai wasilah tadzkiyyatun nafs, karena betapa bi’ah (lingkungan) yang sudah sangat kotor, seakan-akan shaum itu, yang berlangsugn di bulan Ramadhan menjadi sebuah rutinitas, yang tak berbekas sedikitpun. Sehingga, jiwa-jiwa yang menjalani shaum di bulan Ramadhan itu, kembali terkotori oleh kehidupan duniawi, yang memang itu menjadi kesenangan manusia.
Baginda Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, beliau sehari puasa sehari, dan sehari berbuka. Agar ketika lapar dapat bershabar, dan ketika kenyang selalu dapat bersyukur. Lukmanul Hakim, mengatakan, seorang yang selalu perutnya kenyang, tak akan mampu melaksanakan ibadah, dan dijauhkan dari kedekatannya dengan Allah Azza Wa Jalla. Imam Ghazali dalam kitabnya, yang masyhur, Ihya’ Ulumuddin, mengatakan, ‘Janganlah perutmu engkau jadikan kuburan binatang’.
Sejatinya apa arti shaum bagi kaum muslimin dan mukminin, yang sebentar lagi akan menjalaninya di bulan Ramadhan ini?
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...